I.Mengapa Saya Mondok dan Nyantri?
Ketika saya masih SD orang tua saya udah merencanakan saya untuk di pondokkan ke pesantren karena semua keluarga saya alumni pesantren, dan sayapun tidak cenderung sama sekali menuruti kemauan kedua orang tua, pemikiran saya tentang pesantren sangat berbeda dengan kedua orang tua saya, pesantren bagi saya hanyalah mencetak santri yang hanya bisa ngaji dan sarungan, dan ketika menjadi alumnipun ia hanya bisa bertani dan bercocok tanam dan sebagainya. Sementara keinginan saya sekolah yang setinggi mungkin paling tidak smpai tingkat SMA.
Ketika saya SMP sekitar kelas 2 dan 3 saya mengusulkan lagi ke ibu untuk melanjutkan ketingkat atas SMA, harapan saya suapaya saya menjadi orang yang ber wawasan dan tidak ketinggalan zaman, karena di desa saya jarang sekali ditemui anak-anak terpelajar, akan tetapi orang tua tetap ngotot agar supaya mondok. Akhirnya saya memilih alternatif yang kedua yaitu mondok sambil sekolah akan tetapi ibu aku tetap tidak mau menyekolahkan aku dan menetapkan aku untuk mondok saja tidak usah sekolah, karena kata ibu meskipun kamu sekolah tidak akan menjadi pejabat maupun guru, ibu aku berkata demikian atas beberapa pertimbangan, Pertama Lemahnya ekonomi di rumah karena orang tuaku hanyalah petani cengkeh, kelapa dan kopi sementara biaya sekolah sambil mondok besar sekali biayanya, kalau saya lihat nampaknya orang tua aku mampu untuk membiayai aku sekolah sambil mondok, tapi kayaknya agak terlalu ngoyo-ngoyo , Kedua asalasan ini yang membuat aku tidak berdaya, karena saudara sepupu aku sekolah sampai tingkat tinggi tidak menjadi pejabat maupun guru, bahkan dia menjadi kuli kakak saya yang hanya lulus SMP, sehingga dengan melihat fenomena itu ibu saya sangat jijik yang namanya sekolah, ibu lebih lebih bangga sayamenjadi santri yang belajar ilmu agama, bisa ngaji dan patuh terhadap orang tua. Akhirnya dengan penuh keterpaksaan saya menuruti kemauan ibu, saya pun mondok saja tanpa sekolah.