Selasa, 15 November 2011
Mengatasi Kenakalan Anak
Dalam Ilmu psikologi agama ketika anak berumur 12-14 tahun pada masa ini anak sudah memasuki prapubertas yaitu pindahnya anak dari masa kekanak-kanakan, ketika menginjak umur 14-16 tahun ia berada pada tingkatan pubertas, disaat berumur 17 sampai 20 ia sudah berada ditingkatan remaja.
pada masa puber dan remaja ini anak-anak tidak memahami dan mengikuti aturan yang benar, mereka selalu cenderung kepada keburukan dan kenakalan karena kondisi jiwanya masih labil. semua aturan yang tidak sesuai denga kondisi jiwanya yang masih labil akan sering diabaikan. kenakalan pada anak yang pada usia puber dan remaja ini bukanlah meruapakan sesuatu yang aneh, akan tetapi kewajaran.
kewajaran kenakalan tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja, sebab bila dibiarkan akan menjadi karakter yang melekat pada dirinya, sehingga pada masa dewasa nanti perilakunya tidak akan berubah. Penanganan masalah seperti anak tersebut bukanlah hal yang mudah tapi memelukan proses yang begitu begitu panjang , karena merubah tingkah laku anak tidak semudah membalikkan tangan kita dari atas kebawah.
Meskipun demikian perilaku pada anak tidak selamanya mencolak, karena karakter pada diri anak bermacam-macam. Ada yang karakternya pendiam akan tetapi dibalik kediamannya selalu mencari kesempatan untuk melakukan pelanggaran pada sebuah aturan di sekolah maupun dipesantren semisalnya. Disamping itu ada karakter anak yang sangat mencolok perubahan perilakunya, sehingga mudah sekali oleh orang tua maupun para guru mengetahui tentang apa yang mereka perbuat terhadap suatu pelanggaran.
Seharusnya sebagai seorang guru maupun orang tua harus mengetahui tentang apa yang telah diperbuat setiap harinya. Langkah yang tepat untuk mengetahui perilaku seorang anak dapat dilakukan dengan beberapa cara; yaitu
1. Dengan siapa si anak bergaul bergaul
2. lakukan Presensi setiap saat kegiatan, dengan dilakukannya presensi keaktifan anak dapat diketahui
3. Tanyakan kepada teman terdekatnya bagaimana perilaku anak setiap harinya.
4. Dekati anak pada setiap saat, karena dengan pendekatan memungkinkan sianak akan mencurahkan isi hatinya dan seorang guru bisa memberikan jalan dan solusi yang terbaik.
Setelah kita sudah mengidentifikasi perilaku anak langkah selanjutnya ialah mengarahkan anak kepada peraturan yang diwajibkan, akan tetapi supaya aturan itu dapat diikuti oleh anak dengan hati yang tulus dan anak tidak terpaksa, harus dilakukan beberapa proses yang sangat berkepanjangan juga.
sehubungan dengan hal bahwa dipesantren alkhoirot semua santri diwajibkan mengikuti kegiatan sekolah dan pengajian dipesantren , tidak ada toleransi kepada siapapun baik anaknya kyai, ustadz maupun anaknya orang tani sekalipun. Terkecuali ada halangan fisik. Karena khusus pada anak yang bermasalah ini bila diberi kelonggaran maka siswa dan santri yang lain akan mengalami kecemburuan social.
Salah satu cara agar anak yang bermasalah ini dapat mengikuti kegiatan seutuhnya yaitu dengan cara;
1. dipaksa
2. Lakukan pengawasan yang ketat, yaitu dengan dilakukannya pengontrolan pada setiap kegiatan belajar
3. Pada saat pembelajaran jauhkan dari anak yang pembandel, karena hal tersebut bisa berpengeruh pada perilakunya
4. insya allah jika cara ini terus dilakukan sianak bukan hanya aktiv pada kegiatan belajar, tapi jauh lebih dari itu perilaku anak akan mengalami perubahan, yang nantinya akan menjadi perilaku yang berbuat karena factor keikhlasan atau kesadaran. Padapan selanjutnya akan menjadi kebiasan untuk selalu berbuat baik.
Tapi ada satu hal yang lebih penting yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang guru , agar sianak tetap semangat dalam belajar, yaitu dengan cara memotivasi sianak. Tentunya memotivasi peserta didik yang dewasa tidak sama dengan memotivasi anak yang masih puber maupun remaja. perlu metode yang berbeda dan khusus didalam memotivasi anak yang puber , diantara cara metode memotivasi yang terbaik adalah, tentunya saya mengacu kepada firman allah:
Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ( An-Nahl 125)
Ayat diatas sangat cocok sekali untuk memotivasi kepada peserta didik, karena dalam ayat tersebut mengandung proses yang sangat systematis, dari yang paling ringan sampai yang paling tinggi tingkatannya, yaitu
1. Dengan hikmah
Dengan metode hikmahlah anak akan mendapat perhatian, yaitu seorang guru mengajak kepada peserta didiknya dengan lemah-lembut dan penuh perhatian, peserta didik diberikan rasa kasih sayang yang penuh sehingga bersemangat dengan apa yang telah dianjurkan oleh sang guru
2. Bila cara yang kedua kurang begitu berhasil, bisa dilakukan dengan cara yang kedua yaitu mau’idzotul hasanah. Metode ini dapat dilakukan dengan penyampaian guru secara langsung melalui perkataan yang penuh dengan dorongan tentang wajibnya mencari ilmu bagi setiap muslim, keutamaan orang yang punya ilmu dan kecelakaan orang yang tidak berilmu.
3. Perkataan yang penuh dengan pemaksaan
Bila kedua cara diatas kurang begitu memberi efek, metode yang ketiga ini dapat dilakukan.
Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kenalan pada anak dimasa pubertas mapun remaja merupakan sebuah kewajaran. Untuk mengatasi kenakalan tersebut guru maupun orang tua harus melakukan pengawasan yang ketat dengan menjauhkan dari pergaulan yang tidak mendidik, bimbingan dengan mengarahkan kejalan yang baik, memotivasi anak dengan metode hikmah, mau’idzoh dan bantahan yang mendidik,
0 komentar:
Poskan Komentar